Menyusuri Jejak Zahra, Dari Gang Sempit Menuju Gemerlapnya Panggung Lida

PASIRPENGARAIAN – Liga Dangdut (Lida) Indosiar kali ini menjadi perhatian khusus warga Kabupaten Rokan Hulu khususnya Kecamatan Rambah. Hal ini sejak salah seorang warga Rokan Hulu, Zahra Bil Nzzari (18) berhasil menjadi salah satu kontestan di panggung tersebut.

Hanya saja, perhatian warga Rokan Hulu lebih terfokus pada aksi Zahra di atas panggung. Tidak banyak yang tahu kehidupan keluarga siswi SMA Negeri 1 Pasirpengaraian ini, termasuk perjalanannya menuju ibukota.

Zahra, demikian anak sulung tiga bersaudara ini biasa disapa. Bersama adik dan orangtuanya, putri pasangan Dirus dan Nita ini tinggal di Jalan Tanjung Belanti, Kelurahan Pasir Pengaraian, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rohul, Riau.

Dari hasil penelusuran Riausmart.com diketahui bahwa keluarga Zahra belum memiliki rumah sendiri. Mereka pun tinggal mengontrak di sebuah rumah dalam gang yang terbilang sempit. Sepeda motor saja sulit untuk berpapasan di gang ini.

Dalam pengakuan ibunda Zahra, Nita, kehidupan keluarga mereka sangat sulit. Apalagi Dirus sang suami tidak punya pekerjaan dan penghasilan tetap. Sementara, setiap bulan, mereka harus mengeluarkan Rp550 ribu untuk bayar kontrakan dan juga listrik.

“Rumah ini kita kontrak Rp.550.000 apabila dengan listrik,” jelas Nita.

Dirus sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan membantu tukang dengan sistem upah harian. Jika ada borongan, maka Dirus mendapatkan upah sedikit lebih, namun di saat sepi, Dirus tidak punya penghasilan.

“Bapak (Dirus, red) itu kerjanya sebagai kernet bangunan. Apabila ada borongan dan ada yang ngajak kerja, ya ada duitnya, tapi kalau tidak ada, kami cari solusi lain,” jelas Nita.

Untungnya, Dirus punya keahlian lain. Ia punya kemampuan memandu acara formal maupun nor-formal sebagai master ceremony (MC). Dari bekerja sebagai MC ini, Dirus mendapatkan penghasilan tambahan. Persoalannya, penghasilan yang didapatnya dari pekerjaan kuli bangunan dan sebagai MC itu tidak tetap, tergantung ada yang mengajak.

“Kerja MC itu hanya sambilan saja. Kalau ada acara, bapaknya Zahra dipanggil, namun apabila kosong, harus mencari kerja kernet bangunan lagi,” ujarnya sambil menyebutkan sosok suaminya yang bertanggung jawab.

“Ayah Zahra itu semuanya dikerjain, asalkan halal,” tambahnya.

Untuk menambah penghasilan keluarga, ibunda Zahra yang mantan biduanita ini menjual kerupuk jengkol di beberapa kedai.

“Harus dilakukan. Sebab, kalau hanya mengharapkan bapak saja, itu tidak akan cukup. Jadi saya harus cari-cari sampingan seperti jual kerupuk jengkol, Alhamdulillah pendapatannya bisa membantu keperluan rumah,” aku Nita.

Lalu, bagaimana peran Zahra dalam membantu kebutuhan keluarga. Ternyata, dalam kesibukannya belajar, Zahra sering mengambil job sampingan manggung di berbagai acara, termasuk mengikuti berbagi lomba. Zahra sering minta izin ikut lomba yang diadakan di berbagai tempat. Menariknya, semua itu dilakukan Zahra untuk menopang kehidupan keluarga.

“Sering sekali itu, Zahra permisi mau ikut lomba nyanyi. Setelah menang dia selalu bawa amplopnya (uang hadiah, red) ke rumah dan diserahkannya kepada saya. Kadang saya suka nangis dengan kebaikan anak ini,” ujar Nita lirih. Terlihat bulir air mata menyusuri pipinya, dan sesekali Nita mengusapnya.

Satu hal yang luar biasa dari Zahra. Ia pribadi yang tangguh dan mandiri. Zahra tak ingin menyusahkan orangtua dan keluarga dalam menyelesaikan masalah yang ia hadapi.

“Beda sekali. Biasanya anak-anak itu kan banyak pengennya. Namun dia tahu betul kalau orangtuanya tidak berada, makanya dia tidak nuntut apa-apa sama kita,” sambungnya terbata-bata, dan air mata terus mengalirkan di wajahnya. Mata ibunda Zahra terlihat memerah karena haru bercampur lara menceritakan kisah keluarganya.