PASIRPENGARAIAN – Munuga merupakan sebutan masyarakat Rokan Hulu (Rohul) saat menanam padi tiba. Munuga merupakan tradisi menanam padi atau jagung secara gotong royong yang dilaksanakan di ladang.
Tradisi munuga ini biasanya dilakukan secara PURARI atau dilakukan secara bergantian oleh petani, yaitu dengan membantu munuga di ladang yang satu dan ladang lainnya secara bergantian. Berladang sendiri dilakukan oleh masyarakat Rohul pada musim hujan tiba atau sekitar bulan September hingga Desember.
Dengan memakai alat berupa kayu yang berjenis keras, kemudian di runcing untuk di pakai sebagai alat pelobang tanah, biasa di lakukan oleh laki-laki, kemudian lobang yang telah di buat, diisi oleh perempuan di belakangnya dengan butiran padi atau jagung. Masyarakat Rohul biasanya menyebut dengan “Mumonieh padi” yaitu memasukkan benih padi atau jagung ke dalam lubang (tanah).
Jais Aswanda, Masyarakat Desa Sungai Dua Indah mengatakan biasanya petani Rohul membakar lahan sebelum menanam padi, menjadikan tanah lebih subur, sehingga bibit padi yang ditanam itu subur dan lebat, namun sekarang telah dilarang pemerintah.
“Apabila tradisi bakar lahan yang dilakukan masyarakat Melayu menyebabkan kebakaran secara besar-besaran, maka pastilah tidak akan meninggalkan banyak hutan. Buktinya sampai hari ini hutan masih ada, dan belum Pernah terjadi kebaratan besar yg disebabkan oleh Masyarakat, terkhusus para Petani” Jelas Jais
Untuk mempertahankan tradisi berladang bisa dilakukan menggunakan sejumlah cara saat membakar lahan, masyarakat harus membuat “pembatas api” minimal satu meter sehingga tidak merembet ke lahan-lahan lain.
“Lahan yang akan di bakar harus benar-benar bersih, jangan sampai ada akar atau yang lain, harus melibatkan banyak orang untuk menjaga dan memadamkan api dengan air jika merembet luas. Tradisi Munuga dan berladang ini harus kita pertahankan sebagai budaya nenek moyang” Tutupnya.
(HAM)