Kerbau Terpapar Penyakit Ngorok di Rohul Terus Bertambah

PASIRPENGARAIAN – Jumlah Kerbau yang mati akibat terpapar Sepricaemia Epizootica (SE) atau penyakit ngorok di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) semakin bertambah, hingga kini berjumlah 111 ekor yang mati.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Rokan Hulu CH. Agung Nugroho, S.Tp diwakili oleh Kepala Bidang Peternakan Doni, Ahad (20/11).
Diakui Doni, menurut data yang dimiliki oleh Disnakbun Rohul, hingga Sabtu (19/11) Ternak Kerbau yang terkonfirmasi mengidap SE dan mati di Rohul mencapai 111 ekor dan terpaksa dipotong sebanyak 253 ekor.
“Ya, semuanya hewan ternak kerbau,” kata Doni.
Dijelaskan Doni, bahwa penyakit SE atau penyakit ngorok disebabkan oleh Bakteri Pausterulla Multocida Serotype (red) yang tingkat penyebarannya sangat cepat.
“Tingkat kematiannya sangat tinggi, bisa mencapai 80 persen lebih, apalagi musim penghujan atau cuaca ektrim,” jelas Doni.
Menindaklanjuti semakin banyaknya kerbau yang mati akibat terpapar Sepricaemia Epizootica (SE) atau penyakit ngorok, Doni mengakui bahwa Disnakbun Kabupaten Rokan Hulu telah melakukan berbagai tindakan salah satunya melakukan isolasi ternak terpapar sakit, pemberian pengobatan semaksimal mungkin hingga pemberian vitamin supportif untuk daya tahan tubuh ternak.
“Kita juga melakukan penyemprotan disenfektan di beberapa kandang dan Padang pengembalaan,”ungkap Doni.
Tidak cukup sampai disitu, Doni juga menjelaskan bahwa Disnakbun Rohul juga memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) ke para peternak terkait Sepricaemia Epizootica (SE) atau penyakit ngorok.
“Sehingga apabila para peternak menjumpai kerbaunya memiliki gejala terpapar penyakit ngorok, dapat melaporkan segera ke Disnakbun Kabupaten Rokan Hulu,” pungkas Doni.