CEBU CITY, FILIPINA – Di tengah semaraknya bulan September 2025, ribuan guru dari berbagai penjuru Asia Tenggara dan Korea Selatan berkumpul di Waterfront Cebu City Hotel, Filipina. Mereka tidak hanya berkumpul sebagai individu, tapi sebagai penggerak perubahan nyata dalam dunia pendidikan.
Minggu, 21 September, menandai hari ketiga sekaligus penutupan forum bergengsi ASEAN Council of Teachers plus Korea (ACT+1) ke-39, sebuah ajang yang menjadi panggung kebersamaan dan kolaborasi lintas negara untuk membangun masa depan pendidikan yang lebih manusiawi, berbasis inovasi, dan keberlanjutan.
Sebagai negara pendiri dan penggerak ACT+1, Indonesia hadir melalui Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, bersama 112 guru dari berbagai jenjang dan wilayah di tanah air.
Dalam sesi paralel profesional sekaligus penutupan forum, para peserta menegaskan kembali komitmen untuk terus memperkuat kolaborasi lintas negara dalam menghadapi tantangan pendidikan di era perubahan yang serba cepat.
Mengusung tema utama “Educators: Humanizing Education Amidst Rapidly Changing Landscapes”, forum ini menekankan pentingnya pendekatan pendidikan yang berpusat pada kebutuhan dan perkembangan holistik setiap peserta didik secara manusiawi.
Berbagai diskusi mendalam menyoroti pentingnya inovasi pembelajaran, termasuk metode Deep Learning yang telah diadopsi di Indonesia, pemanfaatan teknologi digital dalam kelas, serta upaya peningkatan profesionalisme guru di seluruh kawasan.
Sebagai tokoh kunci lain dalam forum, Mardimpu Sihombing, S.Pd, M.Pd, Wakil Sekretaris Umum PGRI Sumatera Utara dan Kepala SMAS Mitra Inalum, turut memberikan kontribusi penting melalui paparan berjudul “Deep Learning: Joyful dan Fun Learning untuk Humanizing Teaching & Learning.”
Dalam paparan tersebut, Mardimpu menekankan pentingnya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bersifat humanis untuk meningkatkan motivasi serta keberhasilan belajar peserta didik, sebuah pendekatan yang sejalan dengan semangat inovasi pembelajaran yang diusung dalam forum ACT+1.
Prof. Dr. Adolf Bastian, M.Pd, Ketua PGRI Riau, memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan forum ini. Ia menilai bahwa ACT+1 memberikan ruang luas bagi guru-guru daerah untuk memperoleh wawasan baru dan memperkuat kapasitas profesional mereka.
“Forum ini adalah kesempatan emas bagi kami untuk belajar dan membawa pulang inovasi yang dapat diterapkan di daerah. Dukungan teknologi, pelatihan yang berkelanjutan, dan kolaborasi antarnegara sangat krusial untuk meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah kami,” ujarnya.
Prof. Adolf juga menekankan pentingnya pemerataan akses teknologi dan pengembangan keterampilan guru sebagai kunci agar pendidikan di Indonesia bisa bertransformasi secara menyeluruh.
Sebagai bentuk komitmen nyata, PGRI menunjukkan berbagai program inovatif, salah satunya penerapan Deep Learning yang mengakomodasi pengembangan kognitif, afektif, fisik, dan estetika peserta didik secara terpadu. Pendekatan ini dianggap mampu menjawab tantangan terkait rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia, sebagaimana tercermin dalam hasil PISA 2022.
Penutupan ACT+1 bukan sekadar momen refleksi, melainkan penguatan jaringan antar guru guna terus berbagi pengetahuan, pengalaman, dan semangat demi kemajuan pendidikan di kawasan Asia Tenggara dan Korea Selatan. Rangkaian rencana tindak lanjut sedang disiapkan bersama untuk menjaga kesinambungan transformasi pendidikan, kesejahteraan guru, serta peningkatan kualitas pembelajaran yang berorientasi pada masa depan.
Dengan antusiasme tinggi, PGRI kembali membuktikan perannya sebagai penggerak utama di tingkat regional, menegaskan kiprah Indonesia tidak hanya dalam memperjuangkan hak-hak guru, tetapi juga dalam menciptakan inovasi pembelajaran yang humanis, berdampak, dan berdaya saing global.