Dr. Nurliana Nasution Dukung Penuh Pernyataan Prof. Stella Christie, Tidak Hanya Teori, Praktik Kesetaraan Gender dalam STEM Berhasil Diterapkan di UNILAK

PEKANBARU – Dalam sebuah pernyataan terbaru, Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia, menegaskan bahwa secara ilmiah, tidak ada perbedaan kemampuan antara laki-laki dan perempuan dalam bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Dia menyoroti bahwa perempuan memiliki potensi yang sama besarnya untuk berinovasi, terutama di era digital saat ini.
“Kemampuan inovasi tidak didasarkan pada gender, tetapi pada bagaimana seseorang mampu mengidentifikasi masalah dan menawarkan solusi yang relevan. Perempuan, dengan sensitivitas dan kepekaannya, sering kali dapat melihat isu-isu yang mungkin terlewatkan oleh pria. Hal ini menjadi keunggulan yang luar biasa,” ujar Prof. Stella Christie dalam sebuah seminar nasional bertema Kesetaraan Gender di Era Digital.
Dia juga menambahkan bahwa salah satu tantangan utama adalah stereotip sosial yang masih melekat hingga sampai saat ini.
“Sudah saatnya kita mematahkan pandangan lama bahwa STEM adalah bidang yang lebih cocok untuk laki-laki. Pendidikan yang inklusif dan lingkungan yang suportif dapat membantu perempuan mengejar dan berkembang dalam karier di bidang ini,” tambahnya.
Pernyataan ini mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak, termasuk akademisi dan praktisi teknologi.
Dr. Nurliana Nasution, S.T., M.Kom., dosen Magister Ilmu Komputer yang juga merupakan salah satu pimpinan di Sekolah Pascasarjana UNILAK memberikan dukungan penuh terhadap pernyataan Prof. Stella Christie tersebut. Menurutnya, kesetaraan gender dalam STEM bukan hanya penting, tetapi juga sangat relevan dengan tantangan dan peluang di era digital saat ini.
“Saya sangat setuju dengan pandangan Prof. Stella Christie. Secara pengalaman, saya telah melihat langsung bagaimana perempuan mampu unggul di bidang teknologi dan sains. Mahasiswi saya seringkali menunjukkan performa yang luar biasa, baik dalam penelitian maupun pengembangan teknologi. Hal ini membuktikan bahwa kesetaraan gender dalam STEM bukan hanya teori, tetapi kenyataan,” ujar Dr. Nurliana Nasution.

Lebih lanjut, Dr. Nurliana Nasution menekankan pentingnya peran pendidikan tinggi dalam menciptakan ekosistem yang mendukung perempuan untuk berkembang di dunia teknologi.
“Di Universitas Lancang Kuning, kami berusaha keras membangun lingkungan yang inklusif, di mana semua mahasiswa merasa didukung untuk berinovasi tanpa terbatas oleh stereotip gender. Tidak hanya itu, kami juga mendorong kolaborasi antara mahasiswa laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi dalam berbagai proyek teknologi. Dengan cara ini, mereka dapat melihat langsung bahwa kemampuan tidak dipengaruhi oleh gender,” jelasnya.
Dr. Nurliana Nasution juga berbicara tentang peran perempuan dalam membawa perspektif unik dalam inovasi teknologi.
“Perempuan memiliki sudut pandang yang sering kali lebih sensitif terhadap kebutuhan sosial. Dalam banyak kasus, solusi inovatif muncul karena adanya pemahaman mendalam terhadap kebutuhan masyarakat yang beragam. Perempuan sangat berperan dalam hal ini,” tambahnya.
Wanita berparas lemah lembut tapi tegas itu mengapresiasi upaya pemerintah dan berbagai institusi yang semakin aktif mendorong partisipasi perempuan di bidang STEM.
“Namun, kita tidak boleh berhenti sampai di sini. Harus ada lebih banyak kebijakan, program, dan inisiatif yang secara konsisten mendukung perempuan dalam mengakses pendidikan dan peluang karier di bidang STEM. Dengan begitu, kita dapat mewujudkan ekosistem yang benar-benar inklusif,” tutup Dr. Nurliana Nasution.
Dengan semakin banyaknya dukungan dari tokoh-tokoh akademis seperti Dr. Nurliana Nasution dan pemerintah, diharapkan akan tercipta perubahan paradigma yang lebih luas di masyarakat. Kesetaraan gender bukan lagi sekadar isu, tetapi fondasi yang kuat untuk kemajuan bangsa di era global