Menguak Dua Sisi Mata Uang AI dalam Pendidikan, Dr. Marwa : Peluang atau Tantangan?

PEKANBARU – Dalam era transformasi digital, pendidikan tengah menghadapi momentum perubahan besar dengan masuknya teknologi Artificial Intelligence (AI) ke ruang kelas. Teknologi ini tidak hanya menjanjikan revolusi dalam cara pembelajaran dilakukan tetapi juga membuka pintu ke efisiensi, personalisasi, dan aksesibilitas yang lebih besar. Platform berbasis AI seperti Duolingo dan Google Classroom menjadi bukti nyata bagaimana teknologi ini mampu mendukung pembelajaran adaptif, membantu guru mendeteksi kesulitan siswa lebih awal, dan memberikan solusi berbasis data.
Banyak negara maju telah membuktikan bahwa investasi pada teknologi ini mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Contohnya, Korea Selatan berhasil mengintegrasikan AI dalam pembelajaran berkat dukungan kebijakan pemerintah yang proaktif. Selain menyediakan akses teknologi, pelatihan bagi guru menjadi fokus utama sehingga teknologi ini dapat dimanfaatkan secara optimal.
Namun, di balik potensi tersebut, terdapat sejumlah tantangan besar yang perlu dihadapi. Penelitian menunjukkan bahwa banyak guru merasa tidak siap mengintegrasikan AI ke dalam pembelajaran. Kecemasan akan tergantikannya peran manusia oleh teknologi, kurangnya pelatihan, serta resistensi terhadap perubahan menjadi faktor penghambat utama.
Di sisi siswa, kesenjangan akses terhadap perangkat dan internet menjadi masalah krusial. Terlebih lagi, siswa di daerah terpencil sering kali tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk memanfaatkan teknologi ini. Hal ini tidak hanya memperlebar kesenjangan digital tetapi juga menurunkan efektivitas pembelajaran di wilayah tersebut.
AI dapat membantu meningkatkan efisiensi dengan otomatisasi tugas administratif seperti penilaian dan pemberian umpan balik yang cepat. Namun, ketergantungan pada teknologi ini dapat mengurangi interaksi manusia, yang merupakan elemen esensial dalam pendidikan. Selain itu, kekhawatiran terkait privasi dan keamanan data menjadi isu lain yang harus segera diatasi.
Ketua Program Studi Magister Pedagogi Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning (UNILAK), Dr. Marwa, S.Pd.I., M.A., memberikan pandangannya terkait isu ini.
“Integrasi AI dalam pendidikan adalah langkah maju yang tak terhindarkan. Namun, kesiapan guru dan siswa harus menjadi prioritas utama. Guru perlu memahami bahwa AI adalah alat untuk mendukung proses pembelajaran, bukan ancaman yang menggantikan peran mereka. Hal ini membutuhkan pelatihan berkelanjutan yang tidak hanya berfokus pada teknis, tetapi juga pada membangun mindset positif terhadap teknologi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr. Marwa menyoroti tantangan kesenjangan digital yang masih menjadi hambatan besar di Indonesia.
“Untuk mencapai keberhasilan integrasi AI, pemerintah harus memastikan akses teknologi yang merata, terutama di daerah-daerah terpencil. Hal ini membutuhkan komitmen bersama dari semua pihak, termasuk akademisi, pemerintah, dan sektor swasta, untuk menyediakan infrastruktur dan pelatihan yang memadai,” tambahnya.
Menurutnya, sentuhan manusia tetap menjadi aspek yang tak tergantikan dalam pendidikan.
“Kehadiran guru tidak hanya untuk mengajar, tetapi juga untuk memberikan motivasi, dukungan emosional, dan membangun karakter siswa. AI tidak bisa menggantikan peran ini. Sebaliknya, AI harus dilihat sebagai mitra strategis untuk memperkuat proses pembelajaran,” tutup Dr. Marwa.
Diperlukan pelatihan berkesinambungan bagi guru serta penyediaan infrastruktur teknologi yang merata. Program global seperti “AI for Education” oleh UNESCO dapat menjadi langkah awal untuk membangun literasi AI di kalangan pendidik. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan institusi pendidikan menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif.
AI tidak dapat menggantikan sentuhan manusia dalam pendidikan, seperti motivasi dan dukungan emosional dari guru. Oleh karena itu, integrasi AI harus dipandang sebagai alat pelengkap yang membantu proses pembelajaran, bukan sebagai pengganti peran guru.
Integrasi AI dalam pendidikan membawa dua sisi mata uang: peluang besar dan tantangan kompleks. Dengan kesiapan yang matang dan kerja sama lintas sektor, AI dapat menjadi alat revolusioner untuk menciptakan masa depan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, semua ini hanya dapat terwujud jika kita, baik guru, siswa, maupun pembuat kebijakan, bersikap terbuka terhadap perubahan ini dan siap menghadapi tantangan yang ada.