PASIRPENGARAIAN – Pendemi Virus Corona atau Covid-19 yang melanda Indonesia sudah berlangsung satu bulan belakangan, tepatnya 2 Maret 2020 saat pemerintah mengumumkan kasus corona pertama. Sampai saat ini 31 Maret 2020 telah 1.414 orang di Indonesia terpapar virus corona.
Virus ini juga telah menyerang 31 provinsi yang ada di Indonesia. Untuk Provinsi Riau diketahui terdapat dua kasus dan satu diantaranya sudah dinyatakan negatif. Sementara untuk Kabupaten Rokan Hulu sampai saat ini belum ada dan berharap tidak pernah ada kasus positif corona. Akan tetapi orang dengan status ODP sudah mencapai 1.280 orang.
Dampak dari virus korona ini menyerang hampir seluruh sendi kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Seruan social distancing dan physical distancing dari pemerintah telah dilakukan untuk menekan perkembangan virus corona. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara klasikal (di kelas) harus dilakukan secara daring atau online. Proses belajar mengajar saat ini dilakukan melalui berbagai media sosial atau dengan menggunakan aplikasi tertentu.
Dosen Pendidikan IPS Universitas Pasir Pengaraian (UPP) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Dr Hardianto MPd, Selasa (31/3/2020) mengatakan, pergeseran cara belajar dari klasikal ke online menimbulkan beberapa hambatan. Diantara hambatan tersebut terutama yang dirasakan adalah hambatan pada Jaringan Internet yang tidak merata kekuatannya.
“Beberapa kecamatan di Rohul belum memiliki akses internet yang bagus. Apalagi berbicara untuk tingkat desa, masih banyak desa yang belum memiliki akses internet yang bagus. Sementara banyak peserta didik yang tinggal di desa dengan jaringan internet yang lambat bahkan tidak ada. Jaringan yang lelet ini membuat beberapa aplikasi tidak bisa digunakan dengan maksimal,” tuturnya.
Lanjut Hardianto, hambatan berikutnya yaitu, Biaya Pulsa (kuota) internet yang tentu bertambah. Dengan menggunakan media online tentu biaya internet meningkat, baik untuk para guru/dosen ataupun siswa/mahasiswa.
“Pengalaman saya biasanya paket 20 GB untuk satu bulan sekarang hanya bertahan untuk dua minggu saja. Ditambah dengan kondisi ekonomi yang tidak semakin baik, tentu saja beban pulsa internet ini juga menjadi hambatan dalam optimalisasi pembelajaran online,” jelasnya.
Hardianto menambahkan, kemampuan dalam menggunakan aplikasi mengajar online, dimana pergantian metode dari konvensional atau klasikal ke online tentu membutuhkan upaya guru/dosen untuk belajar lagi, terutama dalam penggunaan aplikasi tertentu. Dosen atau guru yang sudah terbiasa dengan blended learning tentu tidak terlalu gamang ketika beralih ke e-learning. Akan tetapi bagi yang belum melakukan blended learning dan langsung ke e-learning tentu saja menjadi permasalahan tersendiri.
“Pengawasan pelaksanaan pembelajaran masih lemah. Permasalahan selanjutnya adalah pengawasan kegiatan pembelajaran tersebut. Pembelajaran secara online lebih menekankan pada transfer ilmu pengetahuan, sementara esensi pendidikan tidak hanya itu. Pendidikan harus membentuk pribadi yang lebih baik dari peserta didik. Ditambahkan dengan fenomena bahwa pembelajaran tatap muka di kelas terkadang belum optimal membentuk kepribadian peserta didik, tentu saja pembelajaran online akan semakin sulit untuk mewujudkan kepribadian yang baik tersebut,” paparnya.
Dirinya menilai, melihat beberapa problematika tersebut perlu dicarikan solusi agar pembelajaran online yang dilakukan bisa lebih optimal. Beberapa solusi tersebut diantaranya, yang Pertama, Menjamin kemudahan akses internet.
“Pemerintah harus dapat menjamin kemudahan akses internet melalui kerjasama dengan pihak terkait agar semakin banyak daerah memiliki jaringan internet yang kuat. Kemudahan ini juga dapat dilakukan dengan membantu mahasiswa/siswa tidak mampu dalam bentuk bantuan pulsa,” ucapnya.
Kedua, Penggunaan cara belajar online yang memungkinkan dosen atau guru dapat berinteraksi atau berkomunikasi dengan seluruh peserta didik. Guru/dosen tidak perlu memaksakan aplikasi atau cara tertentu yang terkesan lebih baik, sementara peserta didik tidak semuanya mampu menggunakan atau memanfaatkannya.
Ketiga, Lebih fleksibel atau tidak kaku dalam mengatur waktu pelaksanaan pembelajaran online. “Saya melihat beberapa kawan dosen mengganti jadwal agar akses internet semakin baik,” katanya.
Keempat, Peningkatan kualitas komunikasi dan kerjasama dengan para orangtua. Ini sangat penting dilakukan untuk siswa tingkat dasar. Pemberian tugas tertentu oleh guru harus diikuti pengawasan pengerjaan tugas oleh orangtua.
Kelima, Peningkatan upaya yang dapat membuat peserta didik belajar mandiri salah satunya dengan pemberian tugas. Terkhusus untuk siswa menengah dan mahasiswa dengan adanya tugas, tentu saja peserta didik akan lebih banyak membaca untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
“Kita semua harus lebih menyadari perlunya usaha bersama untuk mengatasi penyebaran virus corona ini. Semua masyarakat harus berperan untuk tetap menjaga jarak, selalu mencuci tangan dengan sabun dan upaya lain untuk menghindari penyebaran virus ini. Semoga Kabupaten Rokan Hulu yang kita cintai, tidak ada ditemukan kasus yang meresahkan ini,” harapanya.