PEKANBARU – Dalam rangka mengembangkan kualitas pembelajaran dan keilmuan di Program Studi Teknologi Pasca Panen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar perkuliahan yang menarik perhatian banyak pihak. Dengan topik strategis, “Rantai Pasok Kelapa Sawit Untuk Mendukung Industri Minyak Goreng Nasional ”.
Sebagai dosen tamu, Dr. Anto Ariyanto, S.Si., M.Si., yang merupakan Wakil Dekan 1 Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning, memaparkan data dan strategi yang menunjukkan posisi dominan Indonesia dalam industri sawit global. Kuliah ini disambut antusias karena sawit memiliki peran vital dalam ekonomi nasional, sekaligus tantangan keberlanjutan di sektor perkebunan.
Dr. Anto mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini memegang peranan sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, menyumbang 59 persen pangsa pasar global pada 2021. Menurut data yang disampaikan, meskipun sawit hanya menempati 25 juta hektar lahan—terkecil di antara empat tanaman minyak nabati utama—produktivitasnya paling tinggi, mencapai 3,36 ton per hektar. Angka ini hampir sepuluh kali lipat dibandingkan produktivitas kedelai yang hanya 0,74 ton per hektar.
Pada sektor hilir, industri sawit Indonesia telah berkembang ke berbagai produk turunan seperti minyak goreng, oleokimia, dan biofuel. Transformasi ini tak hanya membuka lapangan pekerjaan, tetapi juga meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Data yang dihadirkan menunjukkan perubahan signifikan dalam ekspor sawit Indonesia, di mana produk olahan kini mendominasi pangsa ekspor sebesar 67 persen pada 2020, menggantikan produk mentah seperti Crude Palm Oil (CPO) yang mendominasi pada 2010.
Lebih lanjut, Dr. Anto menekankan pentingnya sertifikasi keberlanjutan untuk mendukung posisi Indonesia. Sertifikasi ISPO dan RSPO telah memberikan jaminan keberlanjutan bagi produk sawit Indonesia, yang dinilai memiliki indeks deforestasi paling rendah dibandingkan minyak nabati lainnya seperti kedelai dan rapeseed. Sertifikasi ini terus meningkat, dengan luas lahan tersertifikasi ISPO mencapai 13 juta ton pada 2020 dan RSPO hingga 10,3 juta ton pada 2019.
Pada akhir presentasinya, Dr. Anto mengingatkan pentingnya kebijakan pemerintah dan kolaborasi dengan pelaku industri dalam menjaga keberlanjutan industri sawit. Hilirisasi yang terus digalakkan akan mendorong Indonesia untuk tetap menjadi pemain utama dalam pasar minyak sawit global.