TAMBUSAIUTARA – Tim Pengabdian Masyarakat Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasir (UPP) bekerjasama dengan DPRM Ristekdikti melaksanakan Workshop Teknopreneurship (Wortek) di Kecamatan Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu. Sabtu (31/8/2019).
Workshop teknopreneurship (wortek) terlaksana dan didanai dari Hibah DPRM RISTEKDIKTI yang didapatkan oleh sohibun, M.Pd sebagai ketua pengusul, Arcat M.Pd dan Eripuddin S.Hum, M.Pd yang masing masing sebagai anggota 1 dan 2 yang merupakan Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian.
Wortek ini sebagai bentuk pelaksanaan tridharma pergurun tinggi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, diikuti 26 guru SMA N 3 tambusai Utara (T.H Darmansyah sebagai kepala sekolah) dan 20 Guru yang diundang dari sekolah terdekat (SMA N 1, 2, 4 dan 5 Tambusai Utara). Wortek (workshop teknopreneur) diadakan tahapan sebagai berikut:
Menanamkan entrepreneurial mindset di sampaikan oleh Sohibun M.Pd, Memaparkan mengenai teckhnologi dan innovasi oleh Eripuddin SHum MPd, Memaparkan mengenai kreatifity dan innovasi dalam pembelajaran oleh Arcat MPd dan Penyusunan modul berbasis inovatif teknologi sebagai creating new innovation mini laboratory disampaikan oleh Drs Zulhelmi MPd.
Tujuan utama dari workshop ini sebagai luaran solusi didapatkan bahwa wortek ini membentuk jiwa entrepreneurial guru berbantuan teknologi sederhana, mengajarkan metode-metode dalam berinovasi dan kreatifitas menghasilkan innovasi baik dalam bentuk produk ataupun model, metode pembelajaran sehingga guru aktif berjiwa teknopreneur.
Solusi yang ditawarkan dan didapatkan setelah pelaksanaan wortek adalah dengan menerapkan innovasi pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis mini laboratory. Solusi ini merupakan hasil penelitian sohibun dari program penelitian hibah Kemenristek DIKTI 2017 dan 2018. Dengan pembelajaran mini laboratory, maka kelas akan dijadikan tempat praktikum, guru akan aktif dan kemampuan pedagogic guru akan meningkat (Sohibun, 2015).
Mini Laboratory merupakan kegiatan praktikum yang bisa dilakukan di dalam kelas untuk sekolah-sekolah yang tidak mempunyai sarana laboratorium. Menurut Daniel Lucy, dkk (dalam Sehatta, 1999:21) kegiatan laboratorium mini (lab mini) melibatkan peserta didik dalam belajar dengan metode ilmiah, sehingga dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Lab mini memerlukan peralatan yang minimum dan peserta didik ikut aktif di dalamnya.
Daniel Lucy, dkk (dalam Sehatta, 1999:21) menyimpulkan tentang keunggulan dari lab mini adalah: a) dengan peralatan yang minimum, para peserta didik dapat melakukan kegiatan praktikum, b) untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran karena peserta didik dihadapkan dengan objek langsung, c) dapat membimbing peserta didik untuk menemukan sendiri, dan d) untuk mengembang-kan peserta didik dapat berpikir kritis.
Pada penerapan PKM ini, maka dilakukan pendampingan kepada guru-guru fisika dan matematika sampai bisa dengan baik dalam penerapannya.
Penerapkan mini laboratory merupakan penerapan jiwa teknopreneur aplikasi dari wortek sebelumnya, dengan mini laboratory mengasa jiwa teknopreneur guru kreatif guna problem solver akan terbiasa, dan menjadi stimulus perbaikan guru. Guru aktif membuat alat praktikum sederhana dengan menggunakan local material, menggunakan virtual laboratory berbasis mini laboratory.
Kegiatan wortek ini mendapatkan tanggapan yang antusias dari sekolah dan peserta wortek, tampak guru aktif dalam mengikuti rangkaian wortek dan menjadikan dirinta problem solver. Selain itu wortek menghasilkan data hasil penelitian sederhana yaitu:
- Pertanyaan: apakah dukungan pemerintah sudah maksimal untuk pelaksanaan K13?
- Apakah sarana dan prasarana di sekolah anda sudah memadai untuk K13?
- Apakah workshop membangun guru berjiwa teknopreneur perlu diadakan?
- Apakah setelah melaksanakan workshop ini menginisiatif anda menjadi guru aktif?
- Apakah setelah melaksanakan workshop teknopreneur maka anda terstimulus untuk menjadi guru berjiwa entrepereur? (Rls)