Penanganan Covid-19, Dr.Elviriadi : Kuncinya Uang Rakyat Kembalikan ke Rakyat

PEKANBARU – Penanganan Covid-19 di Provinsi Riau terlihat semakin intensif. Selain penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), wilayah zona merah justru semakin meluas. Tentu hal ini membuat masyarakat gelisah dengan larangan keluar rumah karena akan kehilangan sumber penghidupan.

Menyikapi hal itu, tokoh masyarakat Riau Dr.Elviriadi menyampaikan gagasan menariknya kepada Pemerintah Provinsi Riau melalui awak media Riausmart.com, Selasa (14/04/2020)

” Ya, saya lihat sudah ada upaya dari pemerintah. Hanya saja saya khawatir skema bantuan itu kurang efektif,” mulai Elfviriadi

Ketua Bidang Pembangunan Berkelanjutan LAM Riau itu menyebutkan seharusnya pelabuhan keluar-masuk di daerah pesisir Riau sudah ditutup mengingat letak geografis Provinsi Riau yang berdekatan dengan negara tetangga.

” Apalagi Bandara SSK II Pekanbaru, jangan biarkan orang bepergian ke Jakarta dan kemanapun, dengan kata lain ditutup untuk sementara waktu, rasanya kurang bijak, disaat masyarakat kecil dikurung dirumah, namun orang berduit dan pejabat justru diperbolehkan keluar daerah, Menyebarlah virus Corona itu,” bebernya panjang lebar.

Pria gempal yang sering jadi saksi ahli di PN Rohul itu menilai bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dinilai belum maksimal.

” Saya lihat jumlah bantuan ada yang Rp.300.000,- ada yang Rp.500.000,- per KK. Ada jaring pengaman sosial dan lain. Ini semua agak tanggung. Kewajiban pemerintah sesuai UU No 6 Tahun 2018 kan harus sampai membiayai makan hewan ternak. Apalagi selama ini rakyat sudah menggaji pemimpinnya, sehingga pemerintah mendapat fasilitas VIP dan serba mewah. Puluhan tahun rakyat mengalah, disaat pandemi Covid-19 kembalikanlah uang rakyat kepada rakyat,” tegas mantan aktivis mahasiswa itu.

Dosen UIN Suska Riau ini juga berharap berjiwa besar dari pemimpin daerah untuk menunda pembangunan infrastruktur serta mau hidup prihatin.

” Saya kira tunda dulu lah agenda-agenda lain, pemimpin Riau harus turut merasakan kepedihan rakyat,  jangan tak mau berkurang sedikitpun uang masuk dan fasilitas tetap mewah. Sayangilah rakyat, belajarlah pada Pak  Mohammad Natsir, beliau Perdana Menteri Indonesia yang baju bertambal karena mendahulukan rakyat,” pungkas aktivis ICMI yang istiqamah gundul demi nasib hutan.